Suaraindo.com – Kebijakan tarif impor terbaru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 2 April 2025 terus menuai sorotan tajam. Selain dikhawatirkan memicu gejolak perdagangan global, langkah ini juga berpotensi menekan perekonomian domestik AS sendiri. Laporan riset dari lembaga keuangan ternama JP Morgan menyebutkan, risiko resesi global meningkat signifikan sebagai dampak kebijakan tersebut.
Menurut catatan JP Morgan yang dirilis Kamis (3/4), risiko ekonomi global jatuh ke jurang resesi meningkat dari 40% menjadi 60% pasca pengumuman kebijakan tarif Trump. Para ekonom JP Morgan bahkan menggambarkan situasi ini sebagai awal dari “pertumpahan darah ekonomi”, dengan menyebut kebijakan Trump sebagai guncangan makroekonomi besar yang sulit diatasi jika terus dijalankan.
Kebijakan tarif yang kini mencapai rata-rata 24% dinilai sebagai beban pajak terbesar bagi perekonomian AS sejak Perang Dunia II. Dalam catatannya, JP Morgan menilai lonjakan biaya impor akibat tarif tersebut akan berdampak langsung pada harga bahan pokok, pakaian, hingga barang-barang konsumsi seperti mobil dan alat elektronik, yang akhirnya membebani rumah tangga dan pelaku usaha.
Kenaikan tarif ini, menurut JP Morgan, juga berpotensi memicu aksi balasan dari negara-negara mitra dagang, menurunkan kepercayaan pelaku usaha AS, serta memperburuk gangguan rantai pasokan global. Negara-negara yang terdampak termasuk Indonesia, Malaysia, Kamboja, Tiongkok, Jepang, dan negara-negara Uni Eropa.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto sebelumnya telah bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim untuk menyikapi kebijakan ini secara kolektif di bawah payung ASEAN. Keduanya sepakat bahwa ASEAN harus bersatu menghadapi tekanan eksternal dan memperkuat posisi ekonomi kawasan di tengah ketidakpastian global.
Meskipun JP Morgan tidak sepenuhnya menutup kemungkinan pemulihan, mereka menekankan bahwa jika kebijakan ini tak segera dikoreksi, baik AS maupun negara mitra dagangnya berpotensi mengalami perlambatan ekonomi serius. “Ini adalah salah satu perubahan kebijakan perdagangan paling disruptif dan substansial dalam beberapa dekade terakhir,” tulis tim Riset JP Morgan.
Dengan dinamika yang terjadi, baik pemerintah Indonesia maupun mitra-mitra strategisnya di kawasan kini dituntut merumuskan langkah taktis untuk meminimalisasi dampak kebijakan tarif AS terhadap stabilitas perdagangan dan ekonomi dalam negeri.