Menu

Mode Gelap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 4,87%, Mendagri: Lebih Baik dari AS dan Jepang Pemberangkatan Gelombang Pertama Selesai, 103 Ribu Jemaah Haji Indonesia Tiba di Madinah 25 Ribu Pengemudi Ojol Siap Nonaktifkan Aplikasi Selama 24 Jam Besok Kunjungan Resmi Presiden Prabowo ke Thailand: Perkuat Kemitraan Strategis Indonesia–Thailand Diplomasi Budaya Indonesia Menggema di Festival Film Cannes 2025

Hukum · 5 Apr 2025 11:48 WIB ·

Kadin Yakin Pintu Negosiasi Terbuka, Dukung Pemerintah Hadapi Tarif Resiprokal AS


 Kadin Yakin Pintu Negosiasi Terbuka, Dukung Pemerintah Hadapi Tarif Resiprokal AS Perbesar

Suaraindo.com – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, menyatakan keyakinannya bahwa peluang negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat terkait kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Donald Trump masih terbuka lebar.

Dalam pernyataannya, Anindya menegaskan bahwa Kadin akan mendukung penuh langkah pemerintah Indonesia untuk melakukan negosiasi langsung dengan pemerintah AS guna meredam dampak kebijakan tersebut terhadap sektor perdagangan nasional.

“Kita bisa menegosiasikan hal ini dengan produk ekspor andalan Indonesia. Hubungan baik tetap bisa dipertahankan, karena AS juga membutuhkan pasar untuk produk mereka seperti peralatan pertahanan, pesawat, dan LNG,” ujar Anindya dalam keterangan resminya, Jumat (5/4).

Kebijakan tarif AS disebut-sebut sebagai respons atas apa yang mereka nilai sebagai kenaikan progresif tarif impor Indonesia dalam 10 tahun terakhir, sebagaimana tertuang dalam laporan 2025 National Trade Estimate (NTE) Report on Foreign Trade Barriers. Dalam laporan tersebut, AS mengklaim total tarif Indonesia terhadap produk impor asal AS mencapai 64%, menjadi dasar pemberlakuan tarif resiprokal sebesar 32%.

Anindya menilai, penting bagi pemerintah Indonesia untuk melakukan klarifikasi menyeluruh terhadap tuduhan dalam dokumen NTE tersebut. “Langkah pemerintah yang tengah menyiapkan klarifikasi dan respon atas laporan tersebut sudah tepat. Kami mendukung pembentukan tim negosiasi untuk memastikan posisi Indonesia bisa dijelaskan dengan baik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Anindya menilai bahwa negosiasi bisa dilakukan secara selektif, dengan fokus pada industri padat karya yang terdampak langsung, dari sektor hulu hingga hilir. Ia juga mendorong diversifikasi pasar ekspor Indonesia ke wilayah-wilayah non-tradisional seperti Asia Tengah, Turki, Eropa, Afrika, dan Amerika Latin.

Terkait dengan peluang kerja sama, Anindya juga menyoroti potensi kemitraan strategis dengan AS dalam kerangka Inflation Reduction Act (IRA), terutama untuk sektor kendaraan listrik (EV), energi terbarukan, dan produk turunan mineral kritis. Menurutnya, Indonesia dapat memperoleh manfaat dari skema insentif AS selama produk yang diekspor memenuhi standar lingkungan dan ketenagakerjaan.

“Negosiasi ini bukan hanya soal tarif, tapi peluang untuk memperkuat kemitraan strategis yang saling menguntungkan,” pungkas Anindya.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 4,87%, Mendagri: Lebih Baik dari AS dan Jepang

19 May 2025 - 14:43 WIB

Pemberangkatan Gelombang Pertama Selesai, 103 Ribu Jemaah Haji Indonesia Tiba di Madinah

19 May 2025 - 14:41 WIB

25 Ribu Pengemudi Ojol Siap Nonaktifkan Aplikasi Selama 24 Jam Besok

19 May 2025 - 14:40 WIB

Kunjungan Resmi Presiden Prabowo ke Thailand: Perkuat Kemitraan Strategis Indonesia–Thailand

18 May 2025 - 15:10 WIB

Diplomasi Budaya Indonesia Menggema di Festival Film Cannes 2025

18 May 2025 - 15:09 WIB

Kebakaran Besar di Pabrik Karet Padang, Aparat Amankan Lokasi dan Bantu Evakuasi

18 May 2025 - 15:06 WIB

Trending di Bencana Alam