Suaraindo.com – Israel buka suara setelah ledakan massal menyerang ribuan alat komunikasi yang digunakan oleh Hizbullah di Lebanon. Pada Selasa, 3.000 pager yang digunakan anggota Hizbullah meledak, menyebabkan 12 orang tewas dan 2.800 orang terluka. Ledakan serupa terjadi pada Rabu, saat ratusan walkie-talkie juga meledak, menewaskan 20 orang dan melukai 450 lainnya.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dalam pernyataannya tidak secara langsung mengaitkan insiden ini dengan tindakan Israel, namun menegaskan bahwa “pusat gravitasi” perang kini bergerak ke wilayah utara, di mana bentrokan antara Israel dan Hizbullah terjadi setiap hari.
“Pusat gravitasi bergerak ke utara, sumber daya sedang dialokasikan,” kata Gallant saat kunjungan ke pangkalan udara Israel, seperti dikutip AFP pada Kamis (9/8/2024). Ia menekankan bahwa ini merupakan fase baru dalam perang yang membutuhkan keberanian dan tekad dari pihak Israel.
Gallant menegaskan bahwa meski fokus saat ini berada di pertempuran dengan Hizbullah di Lebanon, Israel tetap mengingat tujuannya di Gaza, termasuk misi penyelamatan sandera yang masih berlangsung. Meski serangan di Gaza telah menewaskan lebih dari 41.000 orang, Israel belum menyetujui gencatan senjata dengan Hamas, yang sedang dibahas bersama AS, Mesir, dan Qatar.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Kepala Angkatan Bersenjata, Letnan Jenderal Herzi Halevi, yang menegaskan komitmen Israel untuk memastikan keamanan dan kepulangan warga Israel di utara yang telah dievakuasi akibat konflik dengan Hizbullah.
Hizbullah dikenal sebagai proksi Iran di Timur Tengah dan bersekutu dengan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza. Kelompok ini terlibat dalam baku tembak lintas batas dengan Israel dalam beberapa bulan terakhir sebagai bentuk protes terhadap serangan Israel di Gaza, dan berjanji akan berhenti jika gencatan senjata tercapai.