Suaraindo.com – Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) menghentikan operasional roket Falcon 9 milik SpaceX setelah insiden kegagalan pendaratan yang terjadi pada 28 Agustus 2024. Kegagalan ini terjadi setelah peluncuran sukses 21 satelit Starlink dari Cape Canaveral Space Force Station di Florida. Ini adalah kegagalan pendaratan pertama SpaceX sejak 2021.
FAA mengumumkan bahwa roket Falcon 9 dilarang terbang sementara menunggu investigasi resmi terkait insiden tersebut. Meskipun peluncuran dan pemisahan tahap kedua berjalan lancar, masalah muncul saat roket tahap pertama, dengan nomor ekor B1062, mencoba mendarat di kapal drone “A Shortfall of Gravitas.” Setelah berhasil mendarat 23 kali sebelumnya, kali ini pendaratan berakhir dengan ledakan dari mesin Merlin dan roket jatuh sebelum terbakar.
SpaceX telah mencatat 267 pendaratan sukses berturut-turut sebelum insiden ini, tidak termasuk roket yang sengaja dihancurkan. Kegagalan pendaratan terakhir yang tidak disengaja terjadi pada 16 Februari 2021. FAA kini menangani insiden ini sebagai pelanggaran standar penerbangan yang harus diselidiki sesuai regulasi AS, di mana setiap penerbangan yang berakhir dengan kegagalan wajib melalui investigasi.
Dalam pernyataannya, FAA menyebutkan bahwa “insiden ini melibatkan kegagalan roket Falcon 9 saat mendarat di kapal drone di laut. Tidak ada cedera publik atau kerusakan properti publik yang dilaporkan. FAA mengharuskan dilakukannya investigasi untuk memastikan keselamatan publik sebelum Falcon 9 diizinkan kembali terbang.”
SpaceX menyatakan melalui unggahan di X (sebelumnya Twitter) bahwa timnya sedang menilai data penerbangan dan status booster setelah kegagalan tersebut. Larangan terbang ini berpotensi mempengaruhi peluncuran mendatang, termasuk misi Polaris Dawn yang sudah tertunda akibat kebocoran helium di sistem darat. Keputusan akhir mengenai kapan Falcon 9 dapat kembali beroperasi tergantung pada kesepakatan antara FAA dan SpaceX mengenai perbaikan yang diperlukan.