Suaraindo.com – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengumumkan berakhirnya fenomena El Nino dan kedatangan La Nina, yang diperkirakan membawa dampak signifikan pada beberapa wilayah di Indonesia. “La Nina sudah official ditetapkan oleh BoM Australia bulan ini. Pengaruh atau La Nina berdasarkan data kami hanya terjadi di sebagian Sumatra dan Kalimantan berupa kemarau basah. Kalimantan bagian tengah dan timur alami kemarau basah,” ujar Erma dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada Rabu (15/5/2024).
Dibandingkan dengan El Nino yang cenderung menyebabkan kekeringan, La Nina dikenal karena risiko banjir dan penurunan suhu siang hari, terutama di wilayah yang lebih terdampak. Jawa diperkirakan akan mengalami musim kemarau normal hingga September, menurut Erma. Ia juga menyarankan para petani di Jawa untuk memilih tanaman palawija selama musim kemarau.
Erma menjelaskan bahwa La Nina berpotensi lemah hingga sedang selama musim kemarau. “Probabilitas La Nina lemah hingga sedang terjadi selama musim kemarau,” katanya, menambahkan bahwa fenomena tersebut berdampak lebih pada wilayah utara ekuator karena faktor konvergensi antar-tropis dan pembentukan siklon tropis di Belahan Bumi Utara.
Sementara itu, Biro Meteorologi Australia (BoM) telah meningkatkan status ke Waspada La Nina, dengan peluang 50% kejadian berdasarkan analisis terbaru yang dirilis pada 14 Mei 2024. Faedah pemodelan terkini BoM memprediksi bahwa fase Netral ENSO akan berlanjut setidaknya hingga Juli 2024.