Suaraindo.com – Hamas mengangkat Yahya Sanwar sebagai kepala kantor politiknya. Sinwar menggantikan mendiang Ismail Haniyeh yang meninggal pekan lalu di Teheran. Sinwar juga diduga sebagai arsitek dari operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, yang kemudian menyulut perang di Gaza yang hingga kini masih berlangsung. Israel pun telah menegaskan Sinwar sebagai tokoh Hamas yang paling dicari untuk dibunuh lewat agresi di Gaza.
Yahya Sinwar adalah seorang pemimpin politik dan militer Palestina terkemuka, yang dikenal karena perannya sebagai tokoh senior di Hamas. Lahir pada tahun 1962 di Khan Younis, sebuah kota di Jalur Gaza, Sinwar telah menjadi pemain kunci dalam gerakan perlawanan Palestina dan memegang berbagai posisi penting di Hamas.
Ia awalnya mendapat pengakuan sebagai pemimpin sayap militer Hamas, Brigade Izz ad-Din al-Qassam dan dipenjara oleh Israel pada awal 1980-an dan menghabiskan lebih dari 20 tahun di penjara Israel sebelum dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada tahun 2011. Setelah dibebaskan, ia muncul sebagai tokoh utama dalam kepemimpinan Hamas.
Pada tahun 2017, Sinwar terpilih sebagai pemimpin Hamas di Jalur Gaza, menggantikan Ismail Haniyeh. Masa jabatannya ditandai oleh ketegangan dan konflik yang sedang berlangsung dengan Israel, serta upaya untuk mengonsolidasikan kendali Hamas atas Gaza dan mengatasi tantangan internal. Sinwar sering dipandang sebagai garis keras dan telah terlibat dalam pembentukan strategi dan kebijakan Hamas, termasuk pendiriannya mengenai negosiasi dengan Israel dan pendekatannya terhadap persatuan politik Palestina.