Menu

Mode Gelap
KKP Kembangkan Kampung Nelayan Merah Putih, Targetkan Pemantauan Real-Time dari Jakarta Danantara Targetkan Pendapatan Rp 13 Triliun, Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen pada 2029 Presiden Prabowo Wacanakan Pelonggaran TKDN, Ekonom AS: Kebijakan yang Bagus untuk Dorong Ekonomi Pemerintah Andalkan Stimulus dan Belanja Negara Jaga Pertumbuhan Ekonomi 2025 Yusril: Penyelesaian Sengketa Empat Pulau Tunggu Kesepakatan Aceh dan Sumut

Internasional · 19 Dec 2024 13:28 WIB ·

Demam Babi Afrika Merebak di Indonesia, Ribuan Ternak Mati


 Demam Babi Afrika Merebak di Indonesia, Ribuan Ternak Mati Perbesar

Suaraindo.com –Demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) kembali menjadi ancaman serius bagi peternakan di Indonesia. Virus yang menyebabkan kematian mendadak pada babi ini kini dilaporkan telah mewabah di 32 provinsi, termasuk Papua, Papua Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.

Badan Karantina Indonesia (Barantin) mengungkapkan bahwa di Papua Tengah saja, sebanyak 6.273 ekor babi mati akibat ASF sejak Januari 2024. Hingga kini, Indonesia belum memiliki vaksin untuk mengatasi penyakit ini, berbeda dengan wabah flu burung yang vaksinnya sudah tersedia.

Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa ASF disebabkan oleh virus Genus Asfivirus dari Family Asfaviridae. Virus ini dapat menyerang babi domestik maupun liar di berbagai usia dan sangat menular, dengan tingkat kematian mencapai 100 persen.

“ASF bukan hanya mengancam populasi babi, tetapi juga menyebabkan kerugian ekonomi besar di sektor peternakan,” kata Aji, Selasa (17/12/2024).

Virus ASF dapat menyebar melalui kontak langsung antara babi, serangga, material pembawa seperti pakaian, peralatan peternakan, kendaraan, atau pakan yang terkontaminasi. Namun, Aji menegaskan bahwa ASF bukan penyakit zoonosis dan tidak menular ke manusia.

“Kemenkes telah berkoordinasi dengan Kementan. ASF bukan penyakit zoonosis tetapi penyakit yang menyerang babi,” jelasnya. Penanggulangan penyakit ini berada di bawah otoritas Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan serta dinas kesehatan hewan di provinsi dan kabupaten/kota.

Aji mengimbau masyarakat untuk melaporkan kasus babi sakit atau mati ke Dinas Peternakan dalam waktu 1×24 jam. Ia juga menyarankan agar peternak menjaga kebersihan kandang, melakukan desinfeksi, dan memastikan daging babi yang dikonsumsi berasal dari hewan sehat yang diawasi oleh otoritas berwenang.

“Hingga saat ini belum ada vaksin untuk melawan virus ASF,” ungkapnya. Dengan langkah pencegahan yang ketat, diharapkan penyebaran virus ini dapat ditekan.

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

KKP Kembangkan Kampung Nelayan Merah Putih, Targetkan Pemantauan Real-Time dari Jakarta

17 June 2025 - 10:53 WIB

Danantara Targetkan Pendapatan Rp 13 Triliun, Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen pada 2029

17 June 2025 - 10:51 WIB

Presiden Prabowo Wacanakan Pelonggaran TKDN, Ekonom AS: Kebijakan yang Bagus untuk Dorong Ekonomi

17 June 2025 - 10:49 WIB

Pemerintah Andalkan Stimulus dan Belanja Negara Jaga Pertumbuhan Ekonomi 2025

16 June 2025 - 12:39 WIB

Yusril: Penyelesaian Sengketa Empat Pulau Tunggu Kesepakatan Aceh dan Sumut

16 June 2025 - 12:37 WIB

Presiden Prabowo Awali Kunjungan Kenegaraan di Singapura, Lanjut ke Rusia Pekan Ini

16 June 2025 - 12:35 WIB

Trending di Internasional