Suaraindo.com – Hubungan antara China dan Ukraina mengalami ketegangan terkait dengan klaim dari Kyiv bahwa Beijing mencoba mempengaruhi negara-negara lain agar tidak menghadiri pertemuan puncak perdamaian Ukraina yang akan datang. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, membantah tudingan tersebut dalam sebuah pernyataan pada Senin (3/6/2024), dengan mengatakan, “hegemonisme dan politik kekuasaan bukanlah gaya diplomatik China.”
“Tidak ada yang namanya China menekan negara-negara lain,” ucap Mao, menurut CNBC International. Ia juga menegaskan bahwa posisi China dalam perundingan tersebut adalah “terbuka dan transparan” serta “adil dan jujur.”
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, telah mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Rusia memanfaatkan pengaruh China di Asia untuk menggagalkan pertemuan perdamaian yang direncanakan pada Juni. Pertemuan ini, yang akan berlangsung di Swiss pada tanggal 15-16 Juni, bertujuan membahas konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
Zelensky menyatakan bahwa agenda pertemuan akan mencakup rencana perdamaian Ukraina, keamanan nuklir, keamanan pangan, serta masalah pemulangan anak-anak Ukraina yang diculik oleh Rusia. Ia menambahkan bahwa lebih dari seratus negara dan organisasi internasional dijadwalkan untuk hadir, meskipun Rusia belum diundang.
China, yang telah sering menyerukan gencatan senjata dan dialog tentang konflik ini, menyatakan bahwa mereka akan membantu memfasilitasi perundingan damai. Namun, Mao menyatakan bahwa China kemungkinan tidak akan hadir dalam pertemuan di Swiss karena pertemuan tersebut tidak memenuhi tiga syarat yang mereka anggap penting: pengakuan dari kedua belah pihak Rusia dan Ukraina, partisipasi yang setara dari semua pihak yang terlibat, serta negosiasi yang adil mengenai semua rencana perdamaian.
“Pertemuan itu tampaknya belum memenuhi ketiga elemen ini dan itulah sebabnya China tidak dapat mengambil bagian dalam pertemuan itu,” tegas Mao.
Dinamika ini terjadi di tengah persepsi yang berkembang bahwa China merupakan sekutu strategis Moskow, dengan kedua negara sering menyatakan persahabatan mereka yang “tanpa batas” sejak konflik berawal di 2022, sebagai upaya bersama melawan dominasi global Amerika Serikat. Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, baru-baru ini bertemu untuk membahas peningkatan hubungan bilateral di tengah tekanan dan sanksi dari Barat.