Suaraindo.com – Pemerintah Indonesia bersama Malaysia sepakat memperkuat koordinasi di tingkat ASEAN dalam merespons kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 2 April lalu. Kebijakan tersebut dinilai menimbulkan tantangan serius bagi perdagangan global dan memberi dampak langsung terhadap ekspor negara-negara di Asia Tenggara.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto segera melakukan kunjungan resmi ke Malaysia yang saat ini menjabat sebagai Keketuaan ASEAN 2025. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, keduanya menekankan pentingnya solidaritas ASEAN dalam menyikapi tekanan eksternal.
“Malaysia sebagai Keketuaan ASEAN 2025 berperan strategis untuk mendorong penguatan kolaborasi regional menghadapi dinamika global, termasuk kebijakan tarif AS,” ujar Airlangga dalam keterangan resminya.
Senada dengan itu, PM Anwar Ibrahim menyatakan bahwa kerja sama erat dengan negara-negara anggota, termasuk Indonesia, menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi kawasan. “ASEAN harus bersatu dalam menghadapi ketidakpastian global. Kerja sama dengan Indonesia akan memperkuat posisi regional kita,” ucapnya.
Usai pertemuan bilateral dengan PM Anwar, Airlangga juga mengadakan pertemuan khusus dengan Menteri Investasi, Perdagangan dan Industri Malaysia (MITI), Tengku Datuk Seri Zafrul Abdul Aziz. Dalam diskusi tersebut, keduanya sepakat bahwa dalam kondisi global yang rentan, persatuan ASEAN bukan hanya penting, tapi menjadi sebuah keharusan.
“Posisi ASEAN di Indo-Pasifik sangat strategis. Jika kita bersatu, kita bisa menjadi kekuatan ekonomi yang disegani, baik di tingkat regional maupun global,” tegas Airlangga.
Sebagai bagian dari langkah konkret, Indonesia dan Malaysia akan mengoptimalkan Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi (TIFA) sebagai sarana memperluas peluang kerja sama dagang dengan Amerika Serikat. Langkah ini juga diharapkan dapat mengurangi dampak dari kebijakan tarif baru terhadap ekspor kawasan.
“Perlu adanya sinkronisasi kebijakan antar negara ASEAN. Dari sepuluh anggota, semuanya terdampak tarif resiprokal AS. Kita harus menyampaikan suara kolektif dalam membangun komunikasi yang efektif dengan Pemerintah AS,” ujar Airlangga.
Sebagaimana diketahui, produk-produk ekspor unggulan Indonesia ke AS seperti elektronik, tekstil, alas kaki, kelapa sawit, karet, furnitur, hingga hasil perikanan berpotensi terdampak langsung oleh kebijakan tarif tersebut. Untuk itu, ASEAN dituntut bersuara lebih tegas guna menjaga daya saing di pasar global.