Suaraindo.com – Pada Kamis (10/10/2024), Elon Musk kembali membuat gebrakan di dunia otomotif dengan meluncurkan CyberCab, sebuah kendaraan otonom tanpa roda kemudi atau pedal, di acara “We, Robot” di Los Angeles. Dengan harga yang diperkirakan di bawah USD 30.000 atau sekitar Rp 467 juta, CyberCab dijanjikan akan mulai diproduksi sebelum 2027.
CyberCab ini diharapkan menjadi tonggak penting bagi Tesla, yang berupaya beralih dari produsen mobil tradisional ke perusahaan teknologi otonom. Namun, peluncuran ini tidak lepas dari kritik. John Krafcik, mantan CEO Waymo, pesaing utama Tesla dalam teknologi kendaraan otonom, mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap acara tersebut. Ia menilai Tesla tidak serius dalam mengembangkan bisnis robotaxi yang aman dan aksesibel, dengan menyebut bahwa desain CyberCab yang rendah akan menyulitkan akses bagi penumpang lanjut usia dan difabel.
Meskipun demikian, Musk tetap optimis. Ia juga memperkenalkan beberapa produk lain, seperti Robovan, kendaraan otonom yang mampu mengangkut hingga 20 penumpang, dan robot humanoid Optimus, yang diharapkan akan dijual seharga USD 20.000 hingga USD 30.000. Namun, kurangnya rincian teknis mengenai roadmap Tesla ke depan membuat beberapa analis di Wall Street kecewa, yang menyebabkan saham Tesla turun hampir 9% sehari setelah acara.
Analis dari Morgan Stanley dan Wedbush Securities mengkritik kurangnya detail yang diberikan Musk tentang masa depan kendaraan otonom Tesla. Mereka juga menyebut bahwa saham Tesla akan terus mendapat tekanan hingga ada kepastian lebih lanjut terkait rencana komersialisasi robotaxi dan teknologi otonom lainnya.
Namun, bagi penggemar Tesla, CyberCab tetap memukau dengan desain futuristiknya yang tanpa logo Tesla di bagian luar. Fitur unik lainnya adalah pengisian daya induktif, di mana mobil ini tidak memiliki port pengisian konvensional, tetapi mengisi daya menggunakan teknologi nirkabel.
Di tengah pujian dan kritik, pertanyaan besar tetap menggantung: mampukah Tesla menghadirkan kendaraan otonom sepenuhnya yang aman dan terjangkau di tengah persaingan ketat dari perusahaan lain seperti Waymo dan pemain besar dari China? Sementara perusahaan seperti Baidu dengan layanan Apollo Go telah jauh lebih dahulu beroperasi di pasar robotaxi di berbagai kota di China, Tesla harus bergerak cepat untuk tidak tertinggal dalam revolusi transportasi otonom global.
Meskipun perjalanan menuju kendaraan otonom yang sepenuhnya aman masih panjang, Musk tetap percaya diri bahwa Tesla akan menjadi pelopor di industri ini. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah visi besar Tesla dapat terwujud di tengah tantangan regulasi dan persaingan global.